www.bankkamu.blogspot.com

blog ini khusus untuk menyimpan artikel artikel dan bisnis terutama bisnis yang berbasis on line di dunia maya internet.mohon maaf jika masih banyak kekurangan baik dari segi artistik blog dan isi jauh dari sempurna.kami masih banyak butuh bimbingan dan arahan serta kritikan yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan blog kami ini.trima kasih telah mau berkunjung di rumah kami ini...www.bankkamu.blogspot.com.

Rabu, 15 Desember 2010

sepak bola nasional masa depan

Masa Depan Sepakbola Nasional Bukan Cuma di SAD Indonesia


Pada awal 1980-an, muncul terobosan dari Ketua Umum PSSI Ali Sadikin dengan mengirimkan timnas berlatih ke Brasil. Pilihan ditempuh karena timnas Merah-Putih mulai kering prestasi, terakhir menjuarai Piala Anniversary di Jakarta, 1972. Tim dikenal dengan nama Indonesia Binatama. Proyek ini sempat berjalan selama enam bulan. Akibat bermasalah dengan kualitas pelatih, proyek dihentikan.

Ide pengiriman tim berlatih ke luar negeri kembali tercetus pada era kepemimpinan Azwar Anas, pertengahan 1990-an. Demi cita-cita tampil di pentas dunia pada 2002, Indonesia mengirimkan tim untuk mengikuti kompetisi di Italia. Bedanya, kali ini tim yang dikirimkan adalah tim yunior. Kelak tim tersebut dikenal dengan nama kompetisi U-19 yang mereka ikuti, Indonesia “Primavera”.

Proyek tersebut diulangi setahun kemudian dengan mengirimkan tim mengikuti kompetisi U-16, dan tentu saja dikenal masyarakat dengan nama Indonesia “Barretti”. Setali tiga uang dengan proyek Brasil, generasi Primavera dan Barretti gagal membuahkan prestasi yang gemilang.

Cita-cita menyaksikan anak negeri bermain di pentas sepakbola dunia ternyata terus hidup sepanjang masa. Pada 25 Januari 2008, dikirim 25 pemain timnas Indonesia U-16 untuk mengikuti kompetisi taruna Quinta Division di Uruguay. Proyek tersebut direncanakan berlangsung selama empat tahun. Di Uruguay, tim muda Indonesia akan dilatih Cesar Payovich Perez dan asisten Jorge Anon. Seperti yang dikutip dari Sinar Harapan, proyek menelan dana Rp12,5 miliar per tahun dan bertujuan mencetak pemain Indonesia yang berkualitas, bukan sebuah tim seperti generasi Primavera dan Barretti terdahulu. Yang kemudian dikenal sebagai SAD Indonesia. (sumber : Agung Harsya di goal.com)

Kini Indonesia patut berbangga, karena di tahun ke 3 nya mereka berlatih di Uruguay, SAD Indonesia telah menjadi salah satu klub junior yang diperhitungkan di Uruguay. Proyek kerjasama antar Penarol dan SAD Indonesia pun saya kira juga bukan kerjasama biasa dalam bidang pembinaan pemain muda, tapi lebih dikarenakan Club Atletico Penarol menaruh minat besar terhadap potensi besar yang dimiliki oleh pasukan garuda-garuda muda kita. Bahkan pelatih timnas Uruguay, Oscar Tabarez, menilai masa depan Merah Putih berada di Tim S.A.D Indonesia yang sedang berguru di Uruguay, hal ini diungkapkan Usai “mengajarkan” sepak bola kepada timnas Indonesia, Jumat (8/20), Tabarez kemudian mengatakan “Indonesia harus lebih mempersiapkan diri dengan melatih pemain-pemain yang berlatih di Uruguay karena mereka sangat menjanjikan,”.

Tidak heran memang apabila kemudian pasukan SAD Indonesia digadang-gadang dapat memberikan sesuatu yang hebat bagi sepakbola nasional. Mempunyai skill khas Amerika Latin, daya juang Amerika Latin dan mental juara langsung menjadi stigma yang melekat pada Syamsir Alam dkk kini. Tim yang telah dipersiapkan selama hampir 3 tahun ini akan digunakan sebagai lokomotif terdepan terhadap prestasi sepakbola nasional dimasa depan.

Namun tetap saja ada sedikit kekecewaan yang datang dari sebuah proyek yang akan menghasilkan talenta-talenta brilian asal Indonesia ini. Hati kecil saya pun mulai berkata seperti inilah Indonesia, mereka tidak pernah belajar dari kesalahan yang pernah mereka buat. Dulu proyek primavera sukses melahirkan pemain seperti Kurniawan D Yulianto, Kurnia Sandi dkk. Tapi tetap saja setelah proyek primavera berakhir, generasi selanjutnya tidak secemerlang generasi yang ikut dalam proyek Primavera.

Maka tidak heran jika generasi Kurniawan D Yulianto dkk bisa bertahan lama membela Timnas Indonesia. Dari segi skill individu tentu kita tidak meragukan kemampuan Kurniawan D Yulianto dkk dalam mengolah si kulit bundar, tapi yang jadi masalah adalah perhatian publik sepakbola kita yang selama ini larut dalam kebanggaan sementara yang terstigma pada tim hasil Primavera baru ini, membuat kita lupa akan pembinaan didalam negeri dan tanpa kita mau berkaca apa manfaat selanjutnya proyek tersebut bagi perkembangan sepakbola nasional seluruhnya.

Menurut saya proyek primavera atau SAD Indonesia adalah proyek yang menguntungkan hanya bagi Timnas dan pemain hanya pada saat itu. Namun proyek tersebut jelas-jelas tidak mendatangkan manfaatnya bagi sepakbola dalam negeri, PSSI lebih condong mengirim talenta kita ke luar negeri dengan tujuan anak-anak ini suatu saat bermain untuk kesebelasan di Luar negeri daripada menjadikan sistem pembinaan yang dijalankan SAD Indonesia di Uruguay sebagai standar role model atau blue print bagi proses pembinaan didalam negeri yang wajib dijalankan oleh klub-klub di Indonesia.

Jika terus-terusan seperti ini, maka saya katakan selamat kepada PSSI yang tidak pernah belajar dari masa lalu. PSSI sebagai induk organisasi sepakbola di Indonesia seharusnya bukan cuma menjadi regulator body dan penyelenggara kompetisi tapi juga harus membina klub-klub di Indonesia. Kalau langkah-langkah seperti ini terus yang ditempuh, yah wajar saja kalau generasi Bambang Pamungkas atau Syamsir Alam dkk yang akan terus menghiasi wajah Tim Nasional kita di masa depan.

Saran saya lebih baik metode pembinaan baik pelatihan, infrastruktur, asupan makanan dll yang digunakan di SAD Indonesia dalam mengikuti kompetisi di Uruguay diterapkan dan dikembangkan di Indonesia serta diwajibkan menjadi basis kurikulum akademi klub di Indonesia pada nantinya. Sayang jika akhirnya kita cuma bisa membanggakan 1 generasi seperti Syamsir Alam dkk. Padahal di Indonesia banyak bakat-bakat yang belum terasah dan wajib mendapatkan pelatihan teknik dan taktik yang baik. Jika harus terus-terusan mengasah bakat ke luar negeri tanpa ada output apa-apa bagi perkembangan sepakbola dalam negeri akan menjadi sia-sia karena seharusnya proyek primavera bukan saja menguntungkan bagi pemain dan timnas hanya pada waktu itu saja tapi harus juga menguntungkan bagi perkembangan sepakbola dalam negeri khususnya pembinaan kita.

Saya tidak memandang remeh terhadap program PSSI yang telah menuai hasil yang cukup bagus pada saat ini, tapi seharusnya program tersebut diimbangi oleh pembinaan dan kompetisi usia muda dilevel klub karena kita butuh lebih dari 11 pemain seperti Syamsir Alam dkk untuk dapat membawa Indonesia berbicara banyak di level Internasional di masa datang. Jadi stop berbicara bahwa saat ini SAD Indonesia adalah oase ditengah keringnya prestasi sepakbola kita, perjalanan masih panjang, ketergantungan kita terhadap proyek ini adalah sebuah bentuk keputus asaan terhadap pengelola pembinaan di dalam negeri maka saya harap jangan lagi kita mengulang kesalahan yang sama dalam mengelola sepakbola nasional. Ayo PSSI segera kirim peneliti kita untuk meneliti sistem pembinaan dan kompetisi disana yang pada nantinya hasil dari penelitian tersebut dapat dikembangkan dan wajib diterapkan di Indonesia, karena masa depan sepakbola nasional bukan cuma di SAD Indonesia saja tapi juga pada proses pembinaan yang ada di dalam negeri.

Bravo Sepakbola Nasional

Tidak ada komentar: